Konflik di Palestina bukan hanya tentang pertempuran di medan perang, tetapi juga tentang perjuangan mempertahankan hak-hak dasar, termasuk hak atas pendidikan. Setiap kali gencatan senjata diumumkan, masyarakat Palestina menghadapi kenyataan pahit: sekolah-sekolah yang hancur, sistem pendidikan yang lumpuh, dan berbagai hambatan struktural yang menghalangi anak-anak untuk kembali belajar.

Sekolah yang Hancur dan Tidak Dapat Dibangun Kembali

Dalam setiap siklus konflik, sekolah-sekolah di Palestina sering menjadi sasaran atau korban dampak perang. Banyak sekolah dihancurkan oleh serangan udara, sementara yang masih berdiri sering kali berubah menjadi tempat pengungsian sementara bagi warga yang kehilangan rumah. Setelah gencatan senjata, tantangan berikutnya pun muncul:

  • Blokade Material Bangunan
    Meskipun ada keinginan untuk membangun kembali sekolah, akses terhadap bahan bangunan seperti semen, baja, dan kayu sangat dibatasi oleh blokade. Akibatnya, banyak sekolah yang tetap dalam kondisi rusak bertahun-tahun setelah konflik mereda.
  • Dana yang Ditahan atau Dialihkan
    Bantuan internasional yang diperuntukkan bagi pendidikan Palestina sering kali tertahan karena berbagai alasan politik. Beberapa negara donor menghentikan atau menunda bantuan mereka dengan dalih masalah birokrasi, sementara bantuan lainnya dialihkan untuk kebutuhan darurat lainnya.
  • Larangan Pembangunan Sekolah di Area Tertentu
    Di beberapa wilayah Palestina, terutama di Tepi Barat, pembangunan sekolah baru sering kali dilarang atau dihentikan oleh otoritas pendudukan dengan alasan tidak memiliki izin. Bahkan jika bangunan sudah berdiri, risiko pembongkaran oleh otoritas tetap mengintai.

Dibiarkan Tanpa Bantuan, Guru dan Siswa Berjuang Sendiri

Setelah gencatan senjata, para guru dan siswa tidak bisa hanya menunggu bantuan yang tidak pasti. Mereka harus mencari cara sendiri untuk melanjutkan proses belajar-mengajar meskipun dengan kondisi yang jauh dari ideal.

  • Belajar di Tenda dan Bangunan Darurat
    Tanpa ruang kelas yang layak, banyak sekolah beroperasi di tenda atau bangunan semi permanen yang tidak memiliki fasilitas dasar seperti listrik dan air bersih. Ketika musim panas tiba, ruang belajar menjadi sangat panas, sementara di musim dingin, hujan dan angin kencang sering kali menghentikan kegiatan belajar.
  • Buku dan Alat Tulis yang Langka
    Sekolah yang masih bertahan sering kali tidak memiliki cukup buku, alat tulis, atau bahkan kursi dan meja. Siswa harus berbagi buku pelajaran atau belajar dengan papan tulis seadanya.
  • Guru yang Dibayar Seadanya atau Tidak Dibayar Sama Sekali
    Dalam kondisi ekonomi yang sulit, banyak guru bekerja tanpa kepastian gaji. Beberapa guru bahkan mengajar secara sukarela demi memastikan anak-anak Palestina tetap mendapatkan pendidikan.

Hambatan Baru: Ketika Kembali ke Sekolah Pun Tidak Semudah Itu

Ketika situasi sedikit membaik dan anak-anak siap kembali ke sekolah, berbagai hambatan lain tetap menghadang.

  • Pos Pemeriksaan Militer
    Banyak siswa harus melewati pos pemeriksaan militer setiap hari untuk sampai ke sekolah. Pemeriksaan yang lama, penutupan jalan, dan ancaman kekerasan sering kali membuat mereka terlambat atau bahkan tidak bisa datang ke sekolah sama sekali.
  • Serangan terhadap Sekolah dan Murid
    Sekolah di Palestina tidak selalu menjadi tempat yang aman. Beberapa laporan menunjukkan adanya serangan terhadap sekolah atau tindakan intimidasi terhadap siswa dan guru yang berusaha melanjutkan pendidikan.
  • Pemutusan Akses Internet dan Listrik
    Dengan keterbatasan sekolah fisik, banyak siswa Palestina mengandalkan pembelajaran daring. Namun, pemadaman listrik dan pembatasan akses internet sering kali menghambat upaya ini, membuat pendidikan daring menjadi solusi yang sulit diterapkan.

Perlawanan melalui Pendidikan: Bertahan di Tengah Penindasan

Di tengah segala keterbatasan ini, semangat pendidikan di Palestina tetap menyala. Para siswa datang ke sekolah dengan tekad kuat, guru-guru tetap mengajar meskipun tanpa bayaran, dan komunitas terus berupaya membangun kembali sistem pendidikan mereka.

Baca Juga: Peran Organisasi Internasional dalam Membantu Pendidikan Palestina

Pendidikan di Palestina bukan hanya soal membaca dan menulis, tetapi juga merupakan bentuk perlawanan terhadap penindasan. Dengan tetap bersekolah, anak-anak Palestina menunjukkan bahwa mereka tidak akan menyerah. Mereka berusaha membangun masa depan yang lebih baik, meskipun dunia terus mengabaikan mereka.

Selama blokade, penghancuran, dan intimidasi masih menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, perjuangan pendidikan di Palestina akan terus menjadi ujian ketahanan dan harapan bagi generasi mendatang.